Rabu, 05 Agustus 2015

CARA MEMILIH KERAMIK LANTAI BERKWALITAS

Keramik merupakan produk peradaban yang cukup tua. Pada awal Indonesia merdeka, keramik merupakan barang mewah, tapi kini hampir setiap rumah di tanah air berlantaikan keramik bahkan dindingnyapun berkeramik. Sebelum membeli keramik untuk lantai rumah sebaiknya tahu dulu mana yang berkwalitas atau tidak. Kita akan membahas kwalitas keramik yang terbagi atas kwalitas I (KW I), kwalitas II (KW II), kwalitas III (KW III), dan pembahasan ini hanya untuk keramik lantai yang selanjutnya kita sebut tegel. Tegel terdiri dari body yaitu bagian dasar yang terbuat dari tanah liat seperti batu bata, glasur yaitu bagian permukaan yang mengkilat, dekorasi yaitu gambar atau corak pada tegel. Adapun analisa yang digunakan bisa dilakukan oleh siapa saja dengan alat sederhana. Untuk pengamatan dengan mata telanjang atau dengan kacamata bagi yang biasa menggunakanya baik minus, plus,  maupun silinder selanjutnya disebut mata telanjang.

Pada dasarnya tegel KW I ialah kotak, datar, permukaan mulus (tidak cacat), tahan terhadap lingkungan. Ada beberapa tes yang hanya bisa dilakukan di laboratorium tidak akan kita bahas.

I. Kwalitas permukaan

Tegel KW I idealnya memiliki permukaan yang tanpa cacat sama sekali, akan tetapi pada saat proses terjadi cacat permukaan yang masih masuk KW I. Saat melihat tegel di toko amatilah dengan mata telanjang cacat-cacat sebagai berikut.

1. Bercak / Bintik
Saat menemukan bercak atau bintik yang bukan merupakan dekorasi namun tidak cukup jelas dan hanya ada satu atau dua buah saja termasuk KW I. Jika terdapat 2 atau 3 buah bercak atau bintik-bintik kecil saja tapi berbeda dengan pola dekorasi masuk KW II. Jika ada beberapa bercak atau bintik yang sangat jelas dan kontras dengan dekorasi maka masuk KW III.

2. Lubang / Lubang jarum
Perhatiakan jika nampak ada lubang yang tidak dalam satu atau dua buah dan penampakannya tidak mudah dibedakan dengan pola gambar atau permukaan. Permukaan seperti pori-pori tetapi bila diberi spidol dengan mudah dapat dihapus termasuk KW I. Apabila terdapat 1 atau 2 buah lubang yang cukup dalam tapi tampak jelas. Permukaan seperti pori-pori tetapi bila diberi spidol sebagian tidak dapat dihapus termasuk KW II. Apabila terdapat 1 atau 2 buah lubang yang besar dan dalam  tampak jelas. Permukaan seperti pori-pori bila diberi spidol sebagian tidak dapat dihapus termasuk KW III. 

3. Legok
Perhatikan bila pada permukaan tegel terdapat seperti cekungan kecil disebut legok.
KW I : Kecil atau halus hanya 1 atau 2 buah saja dan tak mempengaruhi permukaan
KW II : Kecil tetapi dalam  1 atau 2 buah saja tapi tampak jelas.
KW III : Kecil dan dalam jumlahnya ada beberapa.

4. Gambar / Motive / Dekorasi
Cacat seperti ini merupakan cacat yang terjadi akibat proses printing. Yang termasuk KW I ialah gambar tajam dan jelas polanya. Bila terdapat gambar blur, terjadi ketidak simetrisan antar gambar, cacat printing berupa gambar belang, garis printing (garis seperti goresan, atau garis karena tak ada tinta, garis kotak besar dan berbeda warnanya) semua KW II.

5. Gumpil permukaan
Yaitu cacat karena ada gumpil di permukaan atau susut tegel yang menghilangkan penampakan glasur maka semuanya KW II.

6. Retak Glasur
Bila permukaan tegel terdapat retakan seperti rambut 1 buah maka KW II, bila lebih dari 1 KW III.

II. Wedging
Wedging adalah selisih panjang sisi terpendek tegel terhadap sisi terpanjang tegel. Idealnya tegel dengan ukuran 50x50 cm seharusnya berukuran 500,0 mm x 500,0 mm akan tetapi proses pembakaran dan jenis material serta kepadatan body menyebabkan adanya selisih penyusutan,sebab semua benda padat jika dipanaskan memuai dan setelah didinginkan akan menyusut jauh lebih kecil dari ukuran sebelum bakar. Rata-rata tegel mentah berukuran 540,0 mm x 540,0 mm untuk tegel 50x50 cm dengan penyusutan 7,4% diharapkan menjadi 500,0 mm x 500,0 mm namun kenyataannya tak demikian. Seharusnya tegel berbentuk bujur sangkar namun jadi trapesium. Karena hal tersebut maka saat pemasangan tegel diberi nat dengan jarak 2 mm, dan perbedaan antar sisi maksimal ialah 1,0 mm untuk KW I. Contoh perhitungannya sebagai berikut :
Ambilah spidol dan tulislah tiap susut tegel masing-masing dengan huruf A, B, C dan D maka akan tampak persegi empat ABCD. Ambilah jangka sorong untuk mengukur panjang sisi. 
Bila terukur sebagai berikut
AB = 499,2 mm ; AD = 499,5 mm ; BC = 499,7 mm ; CD = 499,0 mm
wedging = BC - CD  = 0,7 mm termasuk KW I
Bila terukur :
AB = 500,2 mm ; AD = 499,5 mm ; BC = 499,7 mm ; CD = 499,0 mm
wedging = AB - CD  = 1,2 mm termasuk KW II karena jika 2 tegel disatukan akan butuh nat 1,2 mm dan jika satu lantai penuh membuat penataan jadi miring.
Apabila kita membeli tegel granit yang akan dipasang tanpa nat, maka wedging maksimal ialah 0,1 mm.

III. Planar
Tegel yang baik adalah datar (flat), hal ini sangat berpengaruh saat pemasangan. bayangkan sebuah meja dengan salah satu kakinya lebih pendek dari ketiga kaki lainnya maka meja akan goyang-goyang jika tidak diberi ganjal pada kaki yang berbeda tersebut. Demikian juga dengan tegel, selain bergoyang juga permukaan seluruh lantai menjadi tidak rata yang menyebabkan tegenangnya air pada tempat-tempat tertentu, atau antar sisi tegel terjadi tinggi rendah sehingga jika sebuah koin uang dilewatkan mendatar akan tesangkut. Hal-hal tersebut diatas disebut planar (planarity). Planar terdiri dari cembung, cekung, spigolo up (SP up), spigolo down (SP down). cara melihatnya ialah miringkan tegel, lihat pada sisinya seperti melihat kelurusan kayu, gunakan satu mata perhatikan apakah tegel tersebut melengkung atau tidak.
a. Cembung
Jika tegel melengkung dengan permukaan tengah ke atas dan sisinya lebih rendah seperti lensa cembung.
b.Cekung
Jika tegel berbentuk hampir mirip mangkok yaitu permukaan tengah kebawah dan sisinya lebih  tinggi seperti lensa cekung.
c. SP up (sisi ke atas)
Jika tegel flat, namun pada ujungnya menanjak ke atas.
d. SP down (sisi ke bawah)
Jika tegel flat, namun pada ujungnya menanjak ke bawah.
e. continuous reading
Ini merupakan planar tegel paling jelek karena gabungan dari keempatnya sehingga body bergelombang.

Pada laboratorium planarity diukur dengan flukometer atau mesin planar digital, namun dengan visual saja kita bisa melihat datar atau tidak. 


IV. Ketahanan Terhadap Bahan Kimia
Apabila tegel digunakan untuk meja laboratorium kimia, dapur, atau tempat yang mudah terkontaminasi bahan kimia maka kita harus memilih tegel yang tahan terhadap bahan kimia, adapun cara pengujiannya ialah sebagai berikut.
Alat :
  • Malam (lilin permainan).
  •  Tabung paralon diameter 5 cm, tinggi 5-10 cm.
  • spidol kecil
  • sendok/ tongkat kayu kecil
  • tabung kaca untuk larutan
  • pensil HB
  • kain  lap
Larutan konsentrasi rendah
  • HCl 3% (v/v)
  • KOH 30 gr/liter
  • Asam sitrat 100 gr/liter
 Larutan konsentrasi tinggi
  • HCl 18 % (v/v)
  • KOH 100 gr/liter
  • Lactic acid 5% (v/v)
  • NH4Cl 100 gr/liter
  • NaClo Hypoclorite 200 mg/liter
Cara pengetesan
  • ambil tegel, letakkan potongan paralon pada permukaan tegel
  • gunakan malam untuk merekatkan paralon dan tegel
  • tuangkan larutan tes dalam tabung paralon sampai 2 cm
  • tahan larutan selama 2 hari, aduk laruatan tiap hari sekali
  • setelah 2 hari, ganti larutan dngan yang baru
  • setelah 4 hari baru di cek. khusus untuk asam sitrat, ammonium clorida (NH4Cl), Hypoclorid acid (NaClo) tes dilakukan hanya 24 jam (1 hari).
Cek dengan mata telanjang
  • Cek permukaan yang telah diuji dari beberapa sudut pandang dengan mata telanjang pada jarak 250 mm untuk mendapatkan penampakan yang berbeda atau kilapnya berubah. Untuk pencahayaan digunakan cahaya buatan atau alami tetapi tidak boleh cahaya matahari langsung. setelah pengujian, jika terdapat efek yang berbeda, lanjutkan dengan tes pantulan cahaya dan pensil.
  • Goreskan beberapa garis dengan pensil HB pada permukaan tes dan bukan tes. Hapus goresan tersebut dengan kain lap basah yang lembut. Jika goresan pensil terhapus maka tegel termasuk kelas B, jika tidak tehapus termasuk kelas C.
  • Pegang tegel dengan posisi tertentu sehingga menghasilkan pantulan cahaya lampu di atas permukaan tegel. Kriteria penetapan adalah pantulan cahaya bukan kekilapan permukaan. Tes hanya berlaku pada glasur glosy (mengkilat seperti kaca). Bandingkan posisi tes dengan posisi bukan tes apakah ketajaman berkurang? Jika pantulan cahaya jelas maka masuk kelas B, jika buram kelas C.
Klasifikasi tegel
  • Kelas A : Jika permukaan tegel tidak mengalami perubahan apapun setelah tes.
  • Kelas B : Jika permukaan mengalami perubahan, rusak atau menjadi matt (dop), digosok pensil bisa dihapus.
  • Kelas C : Jika permukaan mengalami perubahan, rusak atau menjadi matt (dop), digosok pensil  tidak bisa dihapus.

V. Watermark
Di Indonesia udara tergolong lembab, apabila kita memasang tegel ada kemungkinan air merambat ke permukaan sehingga lantai menjadi lembab atau dalam waktu setahun akan terjadi bercak coklat yang tak bisa dihilangkan karena dari resapan air. Untuk itu perlu dites watermark dan penyerapan air.
tes watermark
  • Siapkan larutan methylene blue 1 gr/75 ml air
  • balikan tegel dengan posisi permukaan berada di bawah
  • taruhlah tabung paralon dan rekatkan dengan malam seperti tes ketahanan kimia akan tetapi pada body  atau posisi terbalik.
  • tuangkan methylene blue 2,5 cm
  • tunggulah 4 jam
Angkat tegel perhatikan permukaannya dari posisi bawah
  • Pass     : Oke, bila tidak tampak apapun
  • Border : Batas, bila terlihat warna biru samar-samar
  • Fail      : watermark, bila larutan biru tembus sampai permuakaan

VI. Penyerapan Air  
 Ada beberapa kriteria body dalam dunia keramik, namun kita hanya membahas dua jenis saja yaitu B1A dan B1B. B1A ialah keramik granit, pada prinsipnya granit alam tidak menyerap air sama sekali akan tetapi keramik granit tetap menyerap air dengan toleransi maksimal penyerapan air (PA) < 0,5%. Sedangkan kremik biasa (non granit) menggunakan kriteria B1B yaitu 0,5% < PA < 3%. Adapun cara pengetesanya ialah sebagai berikut.
  • Siapkan bejana untuk merebus air
  • siapkan rak besi agar tegel bisa berdiri dan rak bisa masuk ke bejana didih
  • potong tegel ukuran 20 cm x 10 cm
  • keringkan tegel, timbang beratnya misal a gr.
  • taruh tegel posisi berdiri pada rak, masukan ke air mendidih pastikan semua masuk ke air
  • biarkan air mendidih terus selama 2 jam
  • setelah 2 jam matikan pemanas, biarkan selama 4 jam sesudah itu angkat tegel tiriskan
  • keringkan dengan kain lap kemudian timbang lagi misal b gr.
PA = ((b-a) / a ) x 100%

VII. Seri
Saat membeli tegel biasanya tertulis angka seri misal 01, 25, 050, 24 dan lain sebagainya. Pastikan beli dengan nomer seri yang sama, walaupun kode tegel dan nama motive sama namun jika seri berbeda maka warna sedikit berbeda misal merah  dan merah sedikit tua walaupun bedanya tipis namun jelas berbeda. Jika sudah beli seseri beberleh beberapa tegel, pastikan warnanya seragam. Ada banyak tegel yang satu motive gambarnya acak, atau ada beberapa design namun prinsipnya warnanya satu kesatuan tidak belang belang. Bayangkan saat titrasi asam basa setiap tetes mengalami perubahan warna yang sangat tipis, perbedaan tersebut sangat mencolok pada dekorasi tegel.

VIII. Ukuran
 Idealnya jika kita beli tegel 50x50 cm maka ukurannya ialah 500 x 500 mm, akan tetapi kenyataannya ialah lebih kecil atau lebih besar. Maka ada toleransi ukuran yang kita beri nama K, S, L
K = 497,2 mm - 498,6 mm
S = 498,6 mm - 500,0 mm
L = 500,0 mm - 501,4 mm
Usahakan belilah keramik lantai dengan ukuran S. Jika < K disebut K2, maka kita akan rugi.


Sumber :
  1. Pengalam penulis sebagai team laborat keramik lantai
  2. Laboratory intruction, PT RCI
  3. SNI ISO 10545- (1s/d16)-2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar