Keramik merupakan produk peradaban
yang cukup tua. Pada awal Indonesia merdeka, keramik merupakan barang
mewah, tapi kini hampir setiap rumah di tanah air berlantaikan keramik
bahkan dindingnyapun berkeramik. Sebelum membeli keramik untuk lantai
rumah sebaiknya tahu dulu mana yang berkwalitas atau tidak. Kita akan
membahas kwalitas keramik yang terbagi atas kwalitas I (KW I), kwalitas
II (KW II), kwalitas III (KW III), dan pembahasan ini hanya untuk
keramik lantai yang selanjutnya kita sebut tegel. Tegel terdiri dari body yaitu
bagian dasar yang terbuat dari tanah liat seperti batu bata, glasur
yaitu bagian permukaan yang mengkilat, dekorasi yaitu gambar atau corak
pada tegel. Adapun analisa yang digunakan bisa dilakukan oleh siapa saja
dengan alat sederhana. Untuk pengamatan dengan mata telanjang atau
dengan kacamata bagi yang biasa menggunakanya baik minus, plus, maupun silinder selanjutnya disebut mata telanjang.
Pada
dasarnya tegel KW I ialah kotak, datar, permukaan mulus (tidak cacat),
tahan terhadap lingkungan. Ada beberapa tes yang hanya bisa dilakukan di
laboratorium tidak akan kita bahas.
I. Kwalitas permukaan
Tegel
KW I idealnya memiliki permukaan yang tanpa cacat sama sekali, akan
tetapi pada saat proses terjadi cacat permukaan yang masih masuk KW I.
Saat melihat tegel di toko amatilah dengan mata telanjang cacat-cacat
sebagai berikut.
1. Bercak / Bintik
Saat
menemukan bercak atau bintik yang bukan merupakan dekorasi namun tidak
cukup jelas dan hanya ada satu atau dua buah saja termasuk KW I. Jika
terdapat 2 atau 3 buah bercak atau bintik-bintik kecil saja tapi berbeda
dengan pola dekorasi masuk KW II. Jika ada beberapa bercak atau bintik
yang sangat jelas dan kontras dengan dekorasi maka masuk KW III.
2. Lubang / Lubang jarum
Perhatiakan
jika nampak ada lubang yang tidak dalam satu atau dua buah dan
penampakannya tidak mudah dibedakan dengan pola gambar atau permukaan.
Permukaan seperti pori-pori tetapi bila diberi spidol dengan mudah dapat
dihapus termasuk KW I. Apabila terdapat 1 atau 2 buah lubang yang cukup
dalam tapi tampak jelas. Permukaan seperti pori-pori tetapi bila
diberi spidol sebagian tidak dapat dihapus termasuk KW II. Apabila
terdapat 1 atau 2 buah lubang yang besar dan dalam tampak
jelas. Permukaan seperti pori-pori bila diberi spidol sebagian
tidak dapat dihapus termasuk KW III.
3. Legok
Perhatikan bila pada permukaan tegel terdapat seperti cekungan kecil disebut legok.
KW I : Kecil atau halus hanya 1 atau 2 buah saja dan tak mempengaruhi permukaan
KW II : Kecil tetapi dalam 1 atau 2 buah saja tapi tampak jelas.
KW III : Kecil dan dalam jumlahnya ada beberapa.
4. Gambar / Motive / Dekorasi
Cacat
seperti ini merupakan cacat yang terjadi akibat proses printing. Yang
termasuk KW I ialah gambar tajam dan jelas polanya. Bila terdapat gambar
blur, terjadi ketidak simetrisan antar gambar, cacat printing berupa
gambar belang, garis printing (garis seperti goresan, atau garis karena
tak ada tinta, garis kotak besar dan berbeda warnanya) semua KW II.
5. Gumpil permukaan
Yaitu cacat karena ada gumpil di permukaan atau susut tegel yang menghilangkan penampakan glasur maka semuanya KW II.
6. Retak Glasur
Bila permukaan tegel terdapat retakan seperti rambut 1 buah maka KW II, bila lebih dari 1 KW III.
II. Wedging
Wedging adalah
selisih panjang sisi terpendek tegel terhadap sisi terpanjang tegel.
Idealnya tegel dengan ukuran 50x50 cm seharusnya berukuran 500,0 mm x
500,0 mm akan tetapi proses pembakaran dan jenis material serta
kepadatan body menyebabkan adanya selisih penyusutan,sebab semua benda
padat jika dipanaskan memuai dan setelah didinginkan akan menyusut jauh
lebih kecil dari ukuran sebelum bakar. Rata-rata tegel mentah berukuran
540,0 mm x 540,0 mm untuk tegel 50x50 cm dengan penyusutan 7,4%
diharapkan menjadi 500,0 mm x 500,0 mm namun kenyataannya tak demikian.
Seharusnya tegel berbentuk bujur sangkar namun jadi trapesium. Karena
hal tersebut maka saat pemasangan tegel diberi nat dengan jarak 2 mm,
dan perbedaan antar sisi maksimal ialah 1,0 mm untuk KW I. Contoh
perhitungannya sebagai berikut :
Ambilah
spidol dan tulislah tiap susut tegel masing-masing dengan huruf A, B, C
dan D maka akan tampak persegi empat ABCD. Ambilah jangka sorong untuk
mengukur panjang sisi.
Bila terukur sebagai berikut
AB = 499,2 mm ; AD = 499,5 mm ; BC = 499,7 mm ; CD = 499,0 mm
wedging = BC - CD = 0,7 mm termasuk KW I
Bila terukur :
AB = 500,2 mm ; AD = 499,5 mm ; BC = 499,7 mm ; CD = 499,0 mm
wedging
= AB - CD = 1,2 mm termasuk KW II karena jika 2 tegel disatukan akan
butuh nat 1,2 mm dan jika satu lantai penuh membuat penataan jadi
miring.
Apabila kita membeli tegel granit yang akan dipasang tanpa nat, maka wedging maksimal ialah 0,1 mm.
Apabila kita membeli tegel granit yang akan dipasang tanpa nat, maka wedging maksimal ialah 0,1 mm.
III. Planar
Tegel yang baik adalah datar (flat), hal ini sangat berpengaruh saat pemasangan. bayangkan sebuah meja dengan salah satu kakinya lebih pendek dari ketiga kaki lainnya maka meja akan goyang-goyang jika tidak diberi ganjal pada kaki yang berbeda tersebut. Demikian juga dengan tegel, selain bergoyang juga permukaan seluruh lantai menjadi tidak rata yang menyebabkan tegenangnya air pada tempat-tempat tertentu, atau antar sisi tegel terjadi tinggi rendah sehingga jika sebuah koin uang dilewatkan mendatar akan tesangkut. Hal-hal tersebut diatas disebut planar (planarity). Planar terdiri dari cembung, cekung, spigolo up (SP up), spigolo down (SP down). cara melihatnya ialah miringkan tegel, lihat pada sisinya seperti melihat kelurusan kayu, gunakan satu mata perhatikan apakah tegel tersebut melengkung atau tidak.
a. Cembung
Jika tegel melengkung dengan permukaan tengah ke atas dan sisinya lebih rendah seperti lensa cembung.
b.Cekung
Jika tegel berbentuk hampir mirip mangkok yaitu permukaan tengah kebawah dan sisinya lebih tinggi seperti lensa cekung.
c. SP up (sisi ke atas)
Jika tegel flat, namun pada ujungnya menanjak ke atas.
d. SP down (sisi ke bawah)
Jika tegel flat, namun pada ujungnya menanjak ke bawah.
e. continuous reading
Ini merupakan planar tegel paling jelek karena gabungan dari keempatnya sehingga body bergelombang.
Pada laboratorium planarity diukur dengan flukometer atau mesin planar digital, namun dengan visual saja kita bisa melihat datar atau tidak.
Tegel yang baik adalah datar (flat), hal ini sangat berpengaruh saat pemasangan. bayangkan sebuah meja dengan salah satu kakinya lebih pendek dari ketiga kaki lainnya maka meja akan goyang-goyang jika tidak diberi ganjal pada kaki yang berbeda tersebut. Demikian juga dengan tegel, selain bergoyang juga permukaan seluruh lantai menjadi tidak rata yang menyebabkan tegenangnya air pada tempat-tempat tertentu, atau antar sisi tegel terjadi tinggi rendah sehingga jika sebuah koin uang dilewatkan mendatar akan tesangkut. Hal-hal tersebut diatas disebut planar (planarity). Planar terdiri dari cembung, cekung, spigolo up (SP up), spigolo down (SP down). cara melihatnya ialah miringkan tegel, lihat pada sisinya seperti melihat kelurusan kayu, gunakan satu mata perhatikan apakah tegel tersebut melengkung atau tidak.
a. Cembung
Jika tegel melengkung dengan permukaan tengah ke atas dan sisinya lebih rendah seperti lensa cembung.
b.Cekung
Jika tegel berbentuk hampir mirip mangkok yaitu permukaan tengah kebawah dan sisinya lebih tinggi seperti lensa cekung.
c. SP up (sisi ke atas)
Jika tegel flat, namun pada ujungnya menanjak ke atas.
d. SP down (sisi ke bawah)
Jika tegel flat, namun pada ujungnya menanjak ke bawah.
e. continuous reading
Ini merupakan planar tegel paling jelek karena gabungan dari keempatnya sehingga body bergelombang.
Pada laboratorium planarity diukur dengan flukometer atau mesin planar digital, namun dengan visual saja kita bisa melihat datar atau tidak.
IV. Ketahanan Terhadap Bahan Kimia
Apabila tegel digunakan untuk meja laboratorium kimia, dapur, atau tempat yang mudah terkontaminasi bahan kimia maka kita harus memilih tegel yang tahan terhadap bahan kimia, adapun cara pengujiannya ialah sebagai berikut.
Alat :
Apabila tegel digunakan untuk meja laboratorium kimia, dapur, atau tempat yang mudah terkontaminasi bahan kimia maka kita harus memilih tegel yang tahan terhadap bahan kimia, adapun cara pengujiannya ialah sebagai berikut.
Alat :
- Malam (lilin permainan).
- Tabung paralon diameter 5 cm, tinggi 5-10 cm.
- spidol kecil
- sendok/ tongkat kayu kecil
- tabung kaca untuk larutan
- pensil HB
- kain lap
- HCl 3% (v/v)
- KOH 30 gr/liter
- Asam sitrat 100 gr/liter
- HCl 18 % (v/v)
- KOH 100 gr/liter
- Lactic acid 5% (v/v)
- NH4Cl 100 gr/liter
- NaClo Hypoclorite 200 mg/liter
- ambil tegel, letakkan potongan paralon pada permukaan tegel
- gunakan malam untuk merekatkan paralon dan tegel
- tuangkan larutan tes dalam tabung paralon sampai 2 cm
- tahan larutan selama 2 hari, aduk laruatan tiap hari sekali
- setelah 2 hari, ganti larutan dngan yang baru
- setelah 4 hari baru di cek. khusus untuk asam sitrat, ammonium clorida (NH4Cl), Hypoclorid acid (NaClo) tes dilakukan hanya 24 jam (1 hari).
- Cek permukaan yang telah diuji dari beberapa sudut pandang dengan mata telanjang pada jarak 250 mm untuk mendapatkan penampakan yang berbeda atau kilapnya berubah. Untuk pencahayaan digunakan cahaya buatan atau alami tetapi tidak boleh cahaya matahari langsung. setelah pengujian, jika terdapat efek yang berbeda, lanjutkan dengan tes pantulan cahaya dan pensil.
- Goreskan beberapa garis dengan pensil HB pada permukaan tes dan bukan tes. Hapus goresan tersebut dengan kain lap basah yang lembut. Jika goresan pensil terhapus maka tegel termasuk kelas B, jika tidak tehapus termasuk kelas C.
- Pegang tegel dengan posisi tertentu sehingga menghasilkan pantulan cahaya lampu di atas permukaan tegel. Kriteria penetapan adalah pantulan cahaya bukan kekilapan permukaan. Tes hanya berlaku pada glasur glosy (mengkilat seperti kaca). Bandingkan posisi tes dengan posisi bukan tes apakah ketajaman berkurang? Jika pantulan cahaya jelas maka masuk kelas B, jika buram kelas C.
- Kelas A : Jika permukaan tegel tidak mengalami perubahan apapun setelah tes.
- Kelas B : Jika permukaan mengalami perubahan, rusak atau menjadi matt (dop), digosok pensil bisa dihapus.
- Kelas C : Jika permukaan mengalami perubahan, rusak atau menjadi matt (dop), digosok pensil tidak bisa dihapus.
V. Watermark
Di Indonesia udara tergolong lembab, apabila kita memasang tegel ada kemungkinan air merambat ke permukaan sehingga lantai menjadi lembab atau dalam waktu setahun akan terjadi bercak coklat yang tak bisa dihilangkan karena dari resapan air. Untuk itu perlu dites watermark dan penyerapan air.
tes watermark
Di Indonesia udara tergolong lembab, apabila kita memasang tegel ada kemungkinan air merambat ke permukaan sehingga lantai menjadi lembab atau dalam waktu setahun akan terjadi bercak coklat yang tak bisa dihilangkan karena dari resapan air. Untuk itu perlu dites watermark dan penyerapan air.
tes watermark
- Siapkan larutan methylene blue 1 gr/75 ml air
- balikan tegel dengan posisi permukaan berada di bawah
- taruhlah tabung paralon dan rekatkan dengan malam seperti tes ketahanan kimia akan tetapi pada body atau posisi terbalik.
- tuangkan methylene blue 2,5 cm
- tunggulah 4 jam
- Pass : Oke, bila tidak tampak apapun
- Border : Batas, bila terlihat warna biru samar-samar
- Fail : watermark, bila larutan biru tembus sampai permuakaan
VI. Penyerapan Air
Ada beberapa kriteria body dalam dunia keramik, namun kita hanya membahas dua jenis saja yaitu B1A dan B1B. B1A ialah keramik granit, pada prinsipnya granit alam tidak menyerap air sama sekali akan tetapi keramik granit tetap menyerap air dengan toleransi maksimal penyerapan air (PA) < 0,5%. Sedangkan kremik biasa (non granit) menggunakan kriteria B1B yaitu 0,5% < PA < 3%. Adapun cara pengetesanya ialah sebagai berikut.
Ada beberapa kriteria body dalam dunia keramik, namun kita hanya membahas dua jenis saja yaitu B1A dan B1B. B1A ialah keramik granit, pada prinsipnya granit alam tidak menyerap air sama sekali akan tetapi keramik granit tetap menyerap air dengan toleransi maksimal penyerapan air (PA) < 0,5%. Sedangkan kremik biasa (non granit) menggunakan kriteria B1B yaitu 0,5% < PA < 3%. Adapun cara pengetesanya ialah sebagai berikut.
- Siapkan bejana untuk merebus air
- siapkan rak besi agar tegel bisa berdiri dan rak bisa masuk ke bejana didih
- potong tegel ukuran 20 cm x 10 cm
- keringkan tegel, timbang beratnya misal a gr.
- taruh tegel posisi berdiri pada rak, masukan ke air mendidih pastikan semua masuk ke air
- biarkan air mendidih terus selama 2 jam
- setelah 2 jam matikan pemanas, biarkan selama 4 jam sesudah itu angkat tegel tiriskan
- keringkan dengan kain lap kemudian timbang lagi misal b gr.
VII. Seri
Saat membeli tegel biasanya tertulis angka seri misal 01, 25, 050, 24 dan lain sebagainya. Pastikan beli dengan nomer seri yang sama, walaupun kode tegel dan nama motive sama namun jika seri berbeda maka warna sedikit berbeda misal merah dan merah sedikit tua walaupun bedanya tipis namun jelas berbeda. Jika sudah beli seseri beberleh beberapa tegel, pastikan warnanya seragam. Ada banyak tegel yang satu motive gambarnya acak, atau ada beberapa design namun prinsipnya warnanya satu kesatuan tidak belang belang. Bayangkan saat titrasi asam basa setiap tetes mengalami perubahan warna yang sangat tipis, perbedaan tersebut sangat mencolok pada dekorasi tegel.
VIII. Ukuran
Idealnya jika kita beli tegel 50x50 cm maka ukurannya ialah 500 x 500 mm, akan tetapi kenyataannya ialah lebih kecil atau lebih besar. Maka ada toleransi ukuran yang kita beri nama K, S, L
K = 497,2 mm - 498,6 mm
S = 498,6 mm - 500,0 mm
L = 500,0 mm - 501,4 mm
Usahakan belilah keramik lantai dengan ukuran S. Jika < K disebut K2, maka kita akan rugi.
Sumber :
- Pengalam penulis sebagai team laborat keramik lantai
- Laboratory intruction, PT RCI
- SNI ISO 10545- (1s/d16)-2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar