Rabu, 05 Agustus 2015

Pustaka Perancangan Pabrik Kimia

Untuk merancang pabrik kimia dibutuhkan buku-buku antara lain sebagai berikut :


Arthur and Rose, 1952, The Condensed Chemical Dictionary, Reinhold Publising Corporation, New York
Aries, R.S., and Newton, R.D., 1955, Chemical Engineering Cost Estimation, McGraw-Hill Book Company, New York
Biro Pusat Statistik, 2000-2007, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Volume I & II, Jakarta, PT. Cakra Indah Pustaka
Brown , G.G., 1978, Unit Operation, Modern Asia Edition, John Wiley and Sons, Inc., New York.
Brownell, L.E., Young, E.H, 1950, Process Equiment Design, John Willey and Sons, Inc., New York.
Budiaman, IG, 2007, Perancangan Reaktor, Diktat Kuliah, UPN “V” Yogyakarta
Faith, W.L., Keyes, D.B., Clark, R.L., 1975, Industrial Chemical. 4 ed, John Willey and Sons, Inc., New York.  
Fogler, H Scott, 1999, Element of Chemical reaction, Prentice Hall
Groggins, P H, 1958, Unit Processes in Organic Synthesis, Mcgraw-Hill, Kogakusha, Ltd., Tokyo
http//www.cheresources.com/software.shtml, data Antoin
http//en.wikipedia.org/wiki/.wikipedia®/ 27 February 2009
Kern, D.Q., 1965, Process Heat Transfer, McGraw-Hill, Singapore
Krutzch, W.C., and Cooper, Paul, 1976, Introduction Classification and selection of Pumps, 3rded, McGraw-Hill Co.,Inc., New York
Ludwig, E.E., 1967, Applied Process Design for Chemical and Petrochemical Plants, 2 nd ed., Vol I,II,III, Gilf Publishing Co., Houston, Texas.
McKetta, John J, 1993, Chemical Processing Handbook, Dekker Inc, New York
Missen, R.W, Mims, C.A., and Saville, 1999, Introduction to Chemical Reaction Engineering and Kinetic
Perry, R.H. and don Green, 1984, Chemical Engineering Handbooks 6 th ed., McGraw-Hill, Singapore.
Powel, S.T. 1954, Water Conditioning for Industry, 1th ed., McGraw-Hill Book Co., Inc., Tokyo.
Reid, K.C., and Sherwood, T.K., 1966, “Property of Gases and Liquid”, 2nd ed., McGraw Hill Co. Ltd., New York
Solomon, T W Graham, 1976, Organic Chemistry, Wiley International Edition
Treyball, R.E., 1979, “Mass Transfer Operations”, 3rd ed., McGraw Hill Book Kogakusha, Tokyo
Vilbrant & Dryden, 1959, Chemical Engineering Plant Design,4thed, Mcgraw-Hill, Kogakusha, Ltd., Tokyo
Walas, S.M., 1959, Reaction Kinetics for Chemical Engineers, Mcgraw-Hill, Kogakusha, Ltd., Tokyo
Widayati, 2009, Perancangan Pabrik Kimia 2, Diktat Kuliah, UPN “V” Yogyakarta

Sumber :

Putra, Mudji Nur Isa & Sudiantara, I Gede.2010, "Pra Rancangan Pabrik Diklorometana
dari Metana dan Klor Kapasitas 12000 ton/tahun".UPN "V". Yogyakarta


CARA MEMILIH KERAMIK LANTAI BERKWALITAS

Keramik merupakan produk peradaban yang cukup tua. Pada awal Indonesia merdeka, keramik merupakan barang mewah, tapi kini hampir setiap rumah di tanah air berlantaikan keramik bahkan dindingnyapun berkeramik. Sebelum membeli keramik untuk lantai rumah sebaiknya tahu dulu mana yang berkwalitas atau tidak. Kita akan membahas kwalitas keramik yang terbagi atas kwalitas I (KW I), kwalitas II (KW II), kwalitas III (KW III), dan pembahasan ini hanya untuk keramik lantai yang selanjutnya kita sebut tegel. Tegel terdiri dari body yaitu bagian dasar yang terbuat dari tanah liat seperti batu bata, glasur yaitu bagian permukaan yang mengkilat, dekorasi yaitu gambar atau corak pada tegel. Adapun analisa yang digunakan bisa dilakukan oleh siapa saja dengan alat sederhana. Untuk pengamatan dengan mata telanjang atau dengan kacamata bagi yang biasa menggunakanya baik minus, plus,  maupun silinder selanjutnya disebut mata telanjang.

Pada dasarnya tegel KW I ialah kotak, datar, permukaan mulus (tidak cacat), tahan terhadap lingkungan. Ada beberapa tes yang hanya bisa dilakukan di laboratorium tidak akan kita bahas.

I. Kwalitas permukaan

Tegel KW I idealnya memiliki permukaan yang tanpa cacat sama sekali, akan tetapi pada saat proses terjadi cacat permukaan yang masih masuk KW I. Saat melihat tegel di toko amatilah dengan mata telanjang cacat-cacat sebagai berikut.

1. Bercak / Bintik
Saat menemukan bercak atau bintik yang bukan merupakan dekorasi namun tidak cukup jelas dan hanya ada satu atau dua buah saja termasuk KW I. Jika terdapat 2 atau 3 buah bercak atau bintik-bintik kecil saja tapi berbeda dengan pola dekorasi masuk KW II. Jika ada beberapa bercak atau bintik yang sangat jelas dan kontras dengan dekorasi maka masuk KW III.

2. Lubang / Lubang jarum
Perhatiakan jika nampak ada lubang yang tidak dalam satu atau dua buah dan penampakannya tidak mudah dibedakan dengan pola gambar atau permukaan. Permukaan seperti pori-pori tetapi bila diberi spidol dengan mudah dapat dihapus termasuk KW I. Apabila terdapat 1 atau 2 buah lubang yang cukup dalam tapi tampak jelas. Permukaan seperti pori-pori tetapi bila diberi spidol sebagian tidak dapat dihapus termasuk KW II. Apabila terdapat 1 atau 2 buah lubang yang besar dan dalam  tampak jelas. Permukaan seperti pori-pori bila diberi spidol sebagian tidak dapat dihapus termasuk KW III. 

3. Legok
Perhatikan bila pada permukaan tegel terdapat seperti cekungan kecil disebut legok.
KW I : Kecil atau halus hanya 1 atau 2 buah saja dan tak mempengaruhi permukaan
KW II : Kecil tetapi dalam  1 atau 2 buah saja tapi tampak jelas.
KW III : Kecil dan dalam jumlahnya ada beberapa.

4. Gambar / Motive / Dekorasi
Cacat seperti ini merupakan cacat yang terjadi akibat proses printing. Yang termasuk KW I ialah gambar tajam dan jelas polanya. Bila terdapat gambar blur, terjadi ketidak simetrisan antar gambar, cacat printing berupa gambar belang, garis printing (garis seperti goresan, atau garis karena tak ada tinta, garis kotak besar dan berbeda warnanya) semua KW II.

5. Gumpil permukaan
Yaitu cacat karena ada gumpil di permukaan atau susut tegel yang menghilangkan penampakan glasur maka semuanya KW II.

6. Retak Glasur
Bila permukaan tegel terdapat retakan seperti rambut 1 buah maka KW II, bila lebih dari 1 KW III.

II. Wedging
Wedging adalah selisih panjang sisi terpendek tegel terhadap sisi terpanjang tegel. Idealnya tegel dengan ukuran 50x50 cm seharusnya berukuran 500,0 mm x 500,0 mm akan tetapi proses pembakaran dan jenis material serta kepadatan body menyebabkan adanya selisih penyusutan,sebab semua benda padat jika dipanaskan memuai dan setelah didinginkan akan menyusut jauh lebih kecil dari ukuran sebelum bakar. Rata-rata tegel mentah berukuran 540,0 mm x 540,0 mm untuk tegel 50x50 cm dengan penyusutan 7,4% diharapkan menjadi 500,0 mm x 500,0 mm namun kenyataannya tak demikian. Seharusnya tegel berbentuk bujur sangkar namun jadi trapesium. Karena hal tersebut maka saat pemasangan tegel diberi nat dengan jarak 2 mm, dan perbedaan antar sisi maksimal ialah 1,0 mm untuk KW I. Contoh perhitungannya sebagai berikut :
Ambilah spidol dan tulislah tiap susut tegel masing-masing dengan huruf A, B, C dan D maka akan tampak persegi empat ABCD. Ambilah jangka sorong untuk mengukur panjang sisi. 
Bila terukur sebagai berikut
AB = 499,2 mm ; AD = 499,5 mm ; BC = 499,7 mm ; CD = 499,0 mm
wedging = BC - CD  = 0,7 mm termasuk KW I
Bila terukur :
AB = 500,2 mm ; AD = 499,5 mm ; BC = 499,7 mm ; CD = 499,0 mm
wedging = AB - CD  = 1,2 mm termasuk KW II karena jika 2 tegel disatukan akan butuh nat 1,2 mm dan jika satu lantai penuh membuat penataan jadi miring.
Apabila kita membeli tegel granit yang akan dipasang tanpa nat, maka wedging maksimal ialah 0,1 mm.

III. Planar
Tegel yang baik adalah datar (flat), hal ini sangat berpengaruh saat pemasangan. bayangkan sebuah meja dengan salah satu kakinya lebih pendek dari ketiga kaki lainnya maka meja akan goyang-goyang jika tidak diberi ganjal pada kaki yang berbeda tersebut. Demikian juga dengan tegel, selain bergoyang juga permukaan seluruh lantai menjadi tidak rata yang menyebabkan tegenangnya air pada tempat-tempat tertentu, atau antar sisi tegel terjadi tinggi rendah sehingga jika sebuah koin uang dilewatkan mendatar akan tesangkut. Hal-hal tersebut diatas disebut planar (planarity). Planar terdiri dari cembung, cekung, spigolo up (SP up), spigolo down (SP down). cara melihatnya ialah miringkan tegel, lihat pada sisinya seperti melihat kelurusan kayu, gunakan satu mata perhatikan apakah tegel tersebut melengkung atau tidak.
a. Cembung
Jika tegel melengkung dengan permukaan tengah ke atas dan sisinya lebih rendah seperti lensa cembung.
b.Cekung
Jika tegel berbentuk hampir mirip mangkok yaitu permukaan tengah kebawah dan sisinya lebih  tinggi seperti lensa cekung.
c. SP up (sisi ke atas)
Jika tegel flat, namun pada ujungnya menanjak ke atas.
d. SP down (sisi ke bawah)
Jika tegel flat, namun pada ujungnya menanjak ke bawah.
e. continuous reading
Ini merupakan planar tegel paling jelek karena gabungan dari keempatnya sehingga body bergelombang.

Pada laboratorium planarity diukur dengan flukometer atau mesin planar digital, namun dengan visual saja kita bisa melihat datar atau tidak. 


IV. Ketahanan Terhadap Bahan Kimia
Apabila tegel digunakan untuk meja laboratorium kimia, dapur, atau tempat yang mudah terkontaminasi bahan kimia maka kita harus memilih tegel yang tahan terhadap bahan kimia, adapun cara pengujiannya ialah sebagai berikut.
Alat :
  • Malam (lilin permainan).
  •  Tabung paralon diameter 5 cm, tinggi 5-10 cm.
  • spidol kecil
  • sendok/ tongkat kayu kecil
  • tabung kaca untuk larutan
  • pensil HB
  • kain  lap
Larutan konsentrasi rendah
  • HCl 3% (v/v)
  • KOH 30 gr/liter
  • Asam sitrat 100 gr/liter
 Larutan konsentrasi tinggi
  • HCl 18 % (v/v)
  • KOH 100 gr/liter
  • Lactic acid 5% (v/v)
  • NH4Cl 100 gr/liter
  • NaClo Hypoclorite 200 mg/liter
Cara pengetesan
  • ambil tegel, letakkan potongan paralon pada permukaan tegel
  • gunakan malam untuk merekatkan paralon dan tegel
  • tuangkan larutan tes dalam tabung paralon sampai 2 cm
  • tahan larutan selama 2 hari, aduk laruatan tiap hari sekali
  • setelah 2 hari, ganti larutan dngan yang baru
  • setelah 4 hari baru di cek. khusus untuk asam sitrat, ammonium clorida (NH4Cl), Hypoclorid acid (NaClo) tes dilakukan hanya 24 jam (1 hari).
Cek dengan mata telanjang
  • Cek permukaan yang telah diuji dari beberapa sudut pandang dengan mata telanjang pada jarak 250 mm untuk mendapatkan penampakan yang berbeda atau kilapnya berubah. Untuk pencahayaan digunakan cahaya buatan atau alami tetapi tidak boleh cahaya matahari langsung. setelah pengujian, jika terdapat efek yang berbeda, lanjutkan dengan tes pantulan cahaya dan pensil.
  • Goreskan beberapa garis dengan pensil HB pada permukaan tes dan bukan tes. Hapus goresan tersebut dengan kain lap basah yang lembut. Jika goresan pensil terhapus maka tegel termasuk kelas B, jika tidak tehapus termasuk kelas C.
  • Pegang tegel dengan posisi tertentu sehingga menghasilkan pantulan cahaya lampu di atas permukaan tegel. Kriteria penetapan adalah pantulan cahaya bukan kekilapan permukaan. Tes hanya berlaku pada glasur glosy (mengkilat seperti kaca). Bandingkan posisi tes dengan posisi bukan tes apakah ketajaman berkurang? Jika pantulan cahaya jelas maka masuk kelas B, jika buram kelas C.
Klasifikasi tegel
  • Kelas A : Jika permukaan tegel tidak mengalami perubahan apapun setelah tes.
  • Kelas B : Jika permukaan mengalami perubahan, rusak atau menjadi matt (dop), digosok pensil bisa dihapus.
  • Kelas C : Jika permukaan mengalami perubahan, rusak atau menjadi matt (dop), digosok pensil  tidak bisa dihapus.

V. Watermark
Di Indonesia udara tergolong lembab, apabila kita memasang tegel ada kemungkinan air merambat ke permukaan sehingga lantai menjadi lembab atau dalam waktu setahun akan terjadi bercak coklat yang tak bisa dihilangkan karena dari resapan air. Untuk itu perlu dites watermark dan penyerapan air.
tes watermark
  • Siapkan larutan methylene blue 1 gr/75 ml air
  • balikan tegel dengan posisi permukaan berada di bawah
  • taruhlah tabung paralon dan rekatkan dengan malam seperti tes ketahanan kimia akan tetapi pada body  atau posisi terbalik.
  • tuangkan methylene blue 2,5 cm
  • tunggulah 4 jam
Angkat tegel perhatikan permukaannya dari posisi bawah
  • Pass     : Oke, bila tidak tampak apapun
  • Border : Batas, bila terlihat warna biru samar-samar
  • Fail      : watermark, bila larutan biru tembus sampai permuakaan

VI. Penyerapan Air  
 Ada beberapa kriteria body dalam dunia keramik, namun kita hanya membahas dua jenis saja yaitu B1A dan B1B. B1A ialah keramik granit, pada prinsipnya granit alam tidak menyerap air sama sekali akan tetapi keramik granit tetap menyerap air dengan toleransi maksimal penyerapan air (PA) < 0,5%. Sedangkan kremik biasa (non granit) menggunakan kriteria B1B yaitu 0,5% < PA < 3%. Adapun cara pengetesanya ialah sebagai berikut.
  • Siapkan bejana untuk merebus air
  • siapkan rak besi agar tegel bisa berdiri dan rak bisa masuk ke bejana didih
  • potong tegel ukuran 20 cm x 10 cm
  • keringkan tegel, timbang beratnya misal a gr.
  • taruh tegel posisi berdiri pada rak, masukan ke air mendidih pastikan semua masuk ke air
  • biarkan air mendidih terus selama 2 jam
  • setelah 2 jam matikan pemanas, biarkan selama 4 jam sesudah itu angkat tegel tiriskan
  • keringkan dengan kain lap kemudian timbang lagi misal b gr.
PA = ((b-a) / a ) x 100%

VII. Seri
Saat membeli tegel biasanya tertulis angka seri misal 01, 25, 050, 24 dan lain sebagainya. Pastikan beli dengan nomer seri yang sama, walaupun kode tegel dan nama motive sama namun jika seri berbeda maka warna sedikit berbeda misal merah  dan merah sedikit tua walaupun bedanya tipis namun jelas berbeda. Jika sudah beli seseri beberleh beberapa tegel, pastikan warnanya seragam. Ada banyak tegel yang satu motive gambarnya acak, atau ada beberapa design namun prinsipnya warnanya satu kesatuan tidak belang belang. Bayangkan saat titrasi asam basa setiap tetes mengalami perubahan warna yang sangat tipis, perbedaan tersebut sangat mencolok pada dekorasi tegel.

VIII. Ukuran
 Idealnya jika kita beli tegel 50x50 cm maka ukurannya ialah 500 x 500 mm, akan tetapi kenyataannya ialah lebih kecil atau lebih besar. Maka ada toleransi ukuran yang kita beri nama K, S, L
K = 497,2 mm - 498,6 mm
S = 498,6 mm - 500,0 mm
L = 500,0 mm - 501,4 mm
Usahakan belilah keramik lantai dengan ukuran S. Jika < K disebut K2, maka kita akan rugi.


Sumber :
  1. Pengalam penulis sebagai team laborat keramik lantai
  2. Laboratory intruction, PT RCI
  3. SNI ISO 10545- (1s/d16)-2010


Hemat Energi Rugi

Api merupakan kebutuhan manusia sejak ditemukan dahulu kala. Sumber api terdiri dari tiga hal udara, bahan bakar dan titik nyala. Setiap bahan bakar memiliki suhu yang berbeda-beda untuk mencapai posisi terbakar yang disebut titik nyala.  Contohnya menyalakan gas lebih cepat dari pada minyak tanah, menyalakan minyak tanah lebih cepat dari pada kayu. Oleh sebab itu kini kayu jarang digunakan sebagai bahan bakar selain titik nyala rendah, panas yang dihasilkan rendah dibandingkan minyak tanah apalagi gas, hutan di Indonesia sudah meranggas tak mampu lagi menyediakan kayu bakar. 
Perusahaan di tempat penulis bekerja menggunakan bahan bakar gas alam yang dikelola oleh negara. Pihak pabrik dan gas negara membuat perjanjian tentang jumlah konsumsi gas alam minimal sampai dengan maksimal, jika diluar angka perjanjian maka pabrik kena denda. Untuk memudahkan akan penulis beri contoh sebagai berikut, angka yang tertera di bawah ini bukan angka asli hanya untuk pemahaman saja.
Kontrak 2500 - 3000 Nm3 gas alam per bulan.
Harga Rp 1/Nm3.
Apabila dalam sebulan mengkonsumsi 2700 Nm3 maka pabrik membayar Rp. 1/Nm3 x 2700 Nm3 = Rp 2700.
Apabila pabrik mengkonsumsi gas 3100 Nm3 maka pabrik akan membayar Rp  1/Nm3 x 3000 Nm3 + denda Rp 3/Nm3 x (3100-3000) Nm3 = Rp 3300.
Apabila pabrik mengkonsumsi gas 2000 Nm3 maka pabrik akan membayar Rp  1/Nm3 x 2500 Nm3 + denda Rp 3/Nm3 x (2500 - 2000) Nm3 = Rp 4000.

Dari contoh diatas maka pabrik akan berusaha memenuhi angka minimal pemakaian gas. di lain pihak negri ini sedang mengkampanyekan hemat energi, penelitian energi alternatif non fosil terbarukan juga marak.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh anak-anak terbaik negri ini untuk menghemat energi. Contohnya integrasi energi yaitu memanfaatkan gas hasil pembakaran yang masih panas untuk pemanasan awal. Akan tetapi jika ditemukan suatu cara menhemat energi anggap saja 80%. Andai kata pemakaian gas alam rata-rata 2700 Nm3. Maka akan lebih hemat menjadi 80% x 2700 Nm3 = 2160 Nm3.
Maka pabrik akan membayar Rp  1/Nm3 x 2500 Nm3 + denda Rp 3/Nm3 x (2500 - 2160) Nm3 = Rp 2840.
Bagi pengusaha secara ekonomi lebih murah membayar Rp 2700 dari pada Rp 2840.

Rakyat kecil disuruh menghemat energi, kaum cendekia berusaha membuat bio energi, para orang kaya menghemat duit memboroskan energi agar tidak rugi.

Sumber :
Catatan karyawan PT. RCI

HEBOH NEGARA ARAB KARENA SEXY RATUNYA - KERJAKAN SOAL UJIAN

    Matematika, Fisika, Kimia (MFK) biasanya dianggap momok bagi sebagian siswa, dan bagi yang menguasainya mereka dianggap anak pintar. Padahal setiap manusia diciptakan dengan kecerdasan masing-masing, ada yang cerdas di bidang sosial, eksak, seni, ketangkasan fisik dan lain-lain. Orang jawa kuno mengatakan, untuk menguasai atau ahli dalam sesuatu hal harus memiliki 3 modal yaitu : bakat, niat, ragat (biaya). Bakat adalah pemberian Tuhan sejak manusia lahir, jadi tugas manusia adalah mencari tahu apa bakatnya. Ragat (biaya) bisa kita cari dan minta kepada Tuhan yang empunya rejeki. Biaya bisa diperoleh dari orang tua, sponsor (donatur), atau bekerja. Tinggal satu hal yang perlu dikerjakan yaitu niat. Niat adalah unsur yang paling penting, karena seseorang walaupun lahir dengan bakat hebat, ayahnya kaya raya tetapi jika tidak ada niat belajar maka selamanya jadi orang bodoh. Berbeda dengan orang yang tidak punya bakat, sedikit biaya tapi niat belajarnya tinggi maka perlahan-lahan akan jadi orang pintar.
                Demikian halnya dengan ketiga mata pelajaran di atas yang dianggap monster. Dengan niat besar dan sedikit trik, pelan-pelan bisa dikuasai. Kunci utamanya adalah suka, jika kita menyukai sesuatu, sesulit apapun akan jadi mudah. MFK merupakan seni ilmu pengetahuan jika kita menyukainya, tapi jadi monster jika kita membencinya.  Lalu trik-trik apa saja yang bisa kita pakai untuk bisa paham dan mampu mengerjakan soal-soal di sekolah? Kita tidak perlu ke bimbingan belajar, karena menurut penulis itu hanya akan buang-buang duit dan tenaga. Apalagi smart solution, tiap soal punya langkah smart untuk penyelesaiannya. Jadi kalau ada 400 soal, maka kita harus menghafalkan 400 metode. Penulis tidak akan sanggup untuk melakukannya, tetapi belum tentu bagi pembaca. Mungkin pembaca lebih efektif dengan kursus, smart solution, bimbel. Terserah pada kesenangan masing-masing. Di sini penulis membagikan pengalaman semasa SMU dalam menghadapi MFK. Tentu saja sejak SD dan SLTP penulis sudah suka dengan IPA.
1.    Jembatan  Keledai
Entah kenapa metode ini disebut jembatan keledai. Orang bilang kalau keledai itu hewan yang paling bodoh, sampai saat ini penulis tidak tahu cara menilai kecerdasan hewan. Tapi entah apa namanya, yang penting metode ini lumayan membantu. Dalam kimia biasanya siswa diwajibkan menghafal beberapa golongan unsur kimia, antara lain golongan Alkali (IA, kecuali Hidrogen), Alkali Tanah (IIA), Gas mulia (VIIA), Logam transisi peiode 4 (IIIB – IIB). Guru penulis mengajarkan metode jembatan keledai untuk golongan IA dan IIA. Yaitu dengan mengganti unsur dengan kata-kata yang mudah diingat. Bahasa yang digunakan bisa bermacam-macam tergantung daerah di mana kita sekolah. Bahasa daerah lebih efektif karena melekat dengan siswa.Contoh          :
IA                            : Litium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), Sesium (Cs), Fransium (Fr)
Jembatan Keledainya     : LiNa Karo Roby Cs Frend
IIA                          :Berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr), Barium (Ba), Radium (Ra)
Jembatan Keledainya     : Bebek Mangan Cacing Seret Banget Rasane
Bermodalkan 2 golongan tersebut, seorang teman mengajukan 2 golongan lagi
VIIA                       : Helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn)
Jembatan Keledainya     : Heboh Negara Arab Karena Sexy Ratunya
Memang Sexy tidak mewakili Xe, tapi kita bisa mengingat bahwa Sexy = Xe.
Logam Periode 4: Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Crom (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), Seng (Zn)
Jembatan Keledainya     : ScTV Sering Menayangkan Film Cowboy, Ninja, Kungfu, Zena
                 Dari sebuah segitiga siku-siku ABC dimana AB adalah tinggi, BC adalah lebar, AC sisi miring, sudut ABC siku-siku, sudut α tepat di depan BC maka kita dapat menghitung nilai sinus, cosinus dan tangen dari sudut α dengan rumus
Sin α = panjang BC / panjang AC = panjang sisi depan sudut/ panjan gsisi miring
Cos α = panjang AB / panjang AC = panjang sisi samping sudut / panjang sisi miring
Tan α = panjang BC / panjang AB = panjang sisi depan sudut / panjang sisi samping sudut
Jembatan keledainya :Sindemi, Cossami, Tandesa
                Dalam system peredaran darah manusia terdapat dua jenis pembuluh darah, yaitu pembuluh darah menuju atau masuk ke jantung namanya vena dan keluar dari jantung namanya arteri.
Jembatan keledainya : MUKA (Masuk Vena Keluar Arteri), untuk huruf V kita baca U sama seperi Sexy untuk Xe, sering untuk Sc dan Film untuk Fe.
2. Membuang Rumus
                Biasanya dalam mengerjakan soal-soal ujian disarankan agar mengerjakan soa-soal yang mudah terlebih dahulu kemudian yang sulit. Sebelum kita kehabisan tenaga saat mengerjakan soal yang sulit, gunakan metode membuang rumus, yaitu rumus-rumus yang sudah dihafalkan langsung ditulis di tempat kosong pada lembar soal. Pastikan semua rumus sudah tertulis,  baru kerjakan soal mulai yang bias dikerjakan dulu. Tingkat kesulitan soal berbeda-beda tiap siswa, maka pilihlah soal yang bias atau dikuasai. Caranya tentu sudah banyak yang tahu. Saat menemukan soalsulit,  kita tidak banyak mengeluarkan energy untuk mengingat rumus, karena rumus sudah kitat ulis, tinggal menghitung saja.
3. Mencari Satuan
                Ketika rumus yang kita buang tidak ada, dan kita sudah tak mampu mengingat rumus, metode mencari satuan adalah yang disarankan, tetapi belum tentu akurat. Hal ini hanya bisa dipakai untuk persamaan garis lurus di beberapa soal. Jika melibatkan log, ln, akar, exponensial metode ini tidak bisa dipakai.
Sebagai contoh soal : Mobil melaju a km/jam, jarak yang ditempuh dari kota X ke kota Z  b km. Mobil berangkat pukul c, pukul berapakah tiba di kota Z?
Kita buat simbol s = jarak, t =waktu, v = kecepatan. Misal kita lupa rumus apa yang dipakai untuk mencari t. Apakah t = v.satau v/s atau s/v.
Yang kita cari adalah jam. Yang kita punya adalah km/jam dan km. maka satuan km harus hilang dan tersisa jam.
Kemungkinan1 : (km/jam) / km = /jam. Km hilang tapi satuannya /jam, bukan yang diinginkan.
Kemungkinan2 : km/(km/jam) = jam. Km hilang dan satuannya jam.Kemungkinan  2 ini yang kita pakai.
Sehingga waktu yang diperlukan adalah (b km)/ (a km/jam) = d jam. Waktu tiba di kota Z = c + d jam.
4. Sekolah Monyet
Metode ini disampaikan oleh seorang dosen reactor namun hanya ditertawakan teman-temannya, karena kita manusia bukan monyet. Begini konsepnya, dalam perkebunan kelapa yang mempekerjakan monyet, monyet-monyet tersebut disekolahkan terlebih dahulu. Tiap monyet punya keahlian masing-masing. Ada monyet pemanjat, bertugas memilih dan memetik kelapa tua. Ada monyet penyusun, bertugas menyusun kelapa dari tanah ke truk. Ada monyet penari, biasanya untuk atraksi topeng monyet. Monyet-monyet tersebut hanya diajari satu kemampuan dengan focus. Monyet pemanjat tidak bisa menyusun dan menari, demikian juga sebaliknya.
Kita memang bukan monyet , apalagi keledai, namun yang bisa kita ambil adalah menyadari bakat tiap-tiap siswa. Dalam kurikulum SMU dimana penjurusan dilakukan di kelas 3, siswa kelas 1 dan 2 cukup berat, karena harapan kurikulum tersebut agar setiap anak IPA kenal IPS dan anak IPS kenal IPA. Tapi justru siswa dibebani 13 mata pelajaran dan tiap-tiap guru pengampu menuntut untuk bisa. Mudah-mudahan kurikulum SMA 2013 ini lebih baik dari zaman SMU dulu. Dalam metode sekolah monyet, siswa harus digembleng sesuai bakatnya. Jika seseorang lahir dengan bakat satra jangan dipaksakan menguasai logaritma, integral dan deferensial. Jika yang lain berbakat biologi jangan dipaksakan menguasai akutansi. Jadi kenalilah bakat kita masing-masing, demikian juga orang tua jangan memaksakan anaknya harus juara.
5. Tenaga
                Dalam setiap pertempuran tenaga merupakan modal utama, demikian halnya dalam menghadapi ujian sekolah, tenaga sangat dibutuhkan. Sepintar-pintarnya orang, jika tenaganya tidak ada maka tak kan sanggup mengerjakan soal-soal yang sederhana sekalipun. Maka dari itu dibutuhkan makan dan tidur secukupnya, jangan belajar sampai larut malam. Ujian sekolah merupakan tes atas ilmu yang diperoleh selama 1 semester, 1 tahun atau 3 tahun. Jadi belajarnya sepanjang waktu tersebut, bukan semalam suntuk. Saat tatap muka di kelas merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar, jadi konsentrasilah saat guru menerangkan. Saat kita lupa rumus, kita bisa mengingat-ingat gaya guru bicara.
                Tujuan sekolah terpenting adalah mendapat ilmu. Nilai merupakan indicator dari semua lmu yang kitadapat, namun nilaibukanlah tujuanutama sehingga menghalalkan segala cara termasuk mencontek untuk memperoleh nilai setinggi-tingginya. Percuma dapat nilai tinggi namun tidak tahu apa-apa. Lebih baik nilai ujian standart kelulusan tapi jika ditanya tentangi lmunya di luar sekolah bias menerangkan, itu yang namanya menguasai. Dan takkalah penting adalah berdo’a sebelum mengerjakan segala sesuatu, karena alamsemesta adalah ciptaan Tuhan, maka sangat dibutuhkan bimbingan Tuhan untuk mempelajari  fenomena jagat raya ini.



Sumber :
Catatan SMU Kristen 2 Magelang 2000 - 2003